Membaca berita terkini di Kompas.com tentang wacana partai Gerindra yang akan bergabung pada koalisi bersama partai Demokrat, dahi saya sedikit mengkerut. Tetapi lalu, saya tersenyum dan semakin mengerti.
Sepertinya loby yang dilakukan fraksi partai Demokrat mengenai pandangan akhir sembilan fraksi pada pansus hak angket century sedikit banyak telah membawa perubahan yang tentunya menguntungkan partai Demokrat. Seperti yang kita ketahui bersama, kesembilan fraksi yang duduk di DPR telah memberikan pandangan akhir-nya dalam pansus hak angket century. Dari kesembilan fraksi, hanya empat fraksi yang secara terang-terangan menyebutkan nama-nama pejabat yang di duga bertanggung jawab secara penuh terhadap kucuran dana bail out century yang di tengarai bermasalah. Keempat fraksi tersebut adalah, fraksi Partai Golkar, fraksi PDI-P, Fraksi partai Hanura dan Fraksi PKS. Sisanya hanya menyebutkan nama lembaga-lembaga yang bertanggung jawab. Kecuali fraksi partai Demokrat dan fraksi PKB yang berpendapat bahwa pengucuran dana bail out century yang di lakukan oleh menteri keuangan dan Gubernur BI saat itu merupakan tindakan yang sudah tepat.
Bukti dari berhasilnya loby-loby yang di lakukan oleh fraksi partai Demokrat adalah, melunaknya fraksi PAN dan Gerindra. Padahal, pada awal dimulai-nya pansus ini, kedua partai ini termasuk yang paling menggebu-gebu dalam setiap rapat pansus hak angket century.
Lalu timbullah wacana yang menyebutkan bahwa partai Gerindra telah berbalik arah, dimana sebelumnya memposisikan diri sebagai partai di luar pemerintah (oposisi) menjadi partai yang akan mendukung pemerintah (koalisi).
Mengutip pernyataan salah seorang pengurus partai Gerindra yaitu Permadi yang mengatakan bahwa, partai Gerindra sama sekali tidak berubah, hanya saja partai Gerindra mempunyai strategi politik tersendiri yang tidak mau ikut larut ke dalam permainan partai Golkar yang sesungguhnya mempunyai kepentingan paling besar dari hasil pansus hak angket century ini. Kalau saja SBY berhasil di jatuhkan, maka Golkarlah yang berkemungkinan besar untuk menduduki posisi tertinggi di pemerintahan. Ia mengatakan bahwa, Golkar akan membayar suara parlemen untuk lalu mendukung Aburizal Bakrie sebagai Presiden. Tentunya, partai Gerindra tidak akan pernah setuju dengan hal tersebut, apalagi partai Gerindra juga mempunyai seorang tokoh yang di jadikan ikon, yaitu Prabowo.
Apabila memang benar akhirnya partai Gerindra akan merapat ke kubu koalisi, maka kekuatan partai Demokrat di parlemen akan semakin tidak tergoyahkan. Pasalnya, secara matematika, apabila di gabungkan dengan partai PKB, PAN, PPP dan Gerindra maka jumlah suara mereka di parlemen akan mencapai 50 % lebih.
Tetapi di dalam dunia politik, tidak akan pernah ada yang pasti. Semua dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung situasi dan kepentingan-kepentingan di dalamnya. Kita sebagai rakyat biasa hanya bisa menyaksikan dan menunggu, siapakah yang kira-kira akan keluar sebagai pemenang, kubu koalisi atau kubu oposisi.